Monday, February 18, 2013

Maraknya tawuran dinegara indonesia

 


A.    Latar Belakang
Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Hal ini terbukti dengan terjadinya peristiwa – peristiwa tawuran para pelajar yang saat ini sedang maraknya terjadi. Tawuran saat ini juga sudah menjadi hal yang biasa bagi masyarakat.
Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota – kota besar di Indonesia merupakan sebuah fenomena yang menarik untuk di bahas. Perilaku pelajar yang anarkis berasal dari banyak faktor yang mempengaruhi baik faktor internal ataupun eksternal.
Perlikau tawuran pelajar bukan hanya mengakibatkan kerugian harta benda atau korban cidera tetapi bisa sampai merenggut nyawa orang lain. Di mata mereka nyawa tidak ada harganya, bahkan mereka merasa bangga jika berhasil membunuh pelajar sekolah lain yang mereka anggap musuh mereka.
Beberapa minggu yang lalu siswa SMAN 6 Jakarta meninggal dunia karena terbacok oleh siswa SMAN 70 Jakarta. Apakah ini hasil dari pendidikan untuk bangsa kita?
Oleh karena itu , dalam makalah ini saya akan membahas secara keseluruhan tentang aksi tawuran pelajar. Karena jika hal ini terus dibiarkan maka bangsa kita akan semakin hancur, hapuslah kekerasan dalam citra bangsa kita.
B.     Tujuan :
Karya tulis ini bertujuan agar para pelajar menyadari bahwa tindakan asusila tawuran adalah tindakan yang sangat tidak pantas dilakukan oleh seorang pelajar.
Memajukan bangsa kita agar lebih baik dari bangsa lain dengan cara mencetak prestasi – prestasi yang membanggakan. Mengahapus tindakan kekerasan pada jiwa seseorang yang menimbulkan dampak negatif untuk orang lain ataupun dirinya sendiri.
Berharap supaya kita semua saling bekerjasama untuk meningkatkan kualitas pendidikan bangsa Indonesia, merubah sistem pendidikan yang lebih baim agar siswa – siswi merasa nyaman belajar di sekolah.
Sehingga para pelajar setiap harnya selalu bersemangat untuk menimba ilmu pengetahuan di sekolahnya masing – masing.
C.    Sasaran :
Pelajar
Para pelajar harus memahamii bahwaa masaa depan yang cerah ada di tangan kita sendiri. Jika    kita ingin menjadi orang yang sukses.
Orang tua
Para pelajar yang sering melakukan tindakan asusila biasanya karena pelajar yang sering menghadapi konflik di keluarganya. Seperti , kurang perhatian dari kedua orang tuanya, sikap orang tua yang selalu menyelesaikan masalah dengan tindakan kekerasan menyebabkan pola pikir anak menjadi tidak baik. Sehingga anak melampiaskannya kepada orang lain dan selalu menyelesaikan masalah dengan emosi atau tindakan yang kasar.
Pemerintah
Pemerintah seharusnya memberikan ketegasan dalam masalah hukum untuk para pelajar yang melakukan tindakan tawuran. Memberikan hukuman yang sesuai dengan apa yang sudah mereka lakukan supaya mereka merasa jera dan tidak mengulangi perbuatannya lagi.
Pihak Kepolisian
Kepolisian harus selalu mengawasi di setiap sekolah yang rawan terjadi tawuran. Jangan sampai harus terjatuh korban terlebih dahulu, baru polisi muncul dan bertugas menyelesaikan kasus tersebut.
Guru atau Pihak Sekolah
Pihak sekolah beserta guru – guru harus memberikan tekhnik pengajaran yang kreatif, yang membuat siswa merasa nyaman di lingkungan sekolah. Menghapus tindakan kekerasan guru terhadap murid yang terjadi di sekolah. Selalu memberikan reward untuk siswa – siswi yang berprestasi. Mengadakan kegiatan yang lebih bermanfaat di waktu senggang setelah sekolah.

BAB II
PERMASALAHAN
A.    Pengertian Tawuran
Tawuran merupakan suatu kegiatan perkelahian atau tindak kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok atau suatu rumpun masyarakat.
B.     Faktor – faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Tawuran
1.      Faktor internal
Ketidakmampuan/kurang mampunya beradaptasi dengan lingkungan sosial yang kompleks menimbulkan tekanan pada setiap orang. Terutama pada remaja yang mentalnya masih labil dan masih dalam pencarian jati diri dan tujuan hidup. Kekompleksan seperti keberagaman budaya, kemampuan ekonomi dan pandangan tidak bisa diterima sehingga dilampiaskan lewat kekerasan.
Saat tidak mampu beradaptasi, rasa putus asa, menyalahkan orang lain dan memilih cara instan untuk memecahkan persoalan membuat rasa frustasi semakin mengendalikan emosi pelajar yang labil. Ketidakpekaan terhadap perasaan sesamanya mengakibatkan pelajar tega menganiaya hingga membunuh sesamanya. Sebenarnya, dalam diri mereka butuh pengakuan.
2.      Faktor keluarga
Jika keluarga tidak bahagia, bahkan ada kekerasan dalam rumah tangga akan berdampak pada mental psikologis anak. Secara tidak langsung, remaja akan meniru pola yang ia lihat di dalam keluarganya. Anak yang terlalu dilindungi orangtuanya (dimanja) juga akan sama saja. Saat bergabung dalam kelompok sosialnya di sekolah, ia akan menyerahkan diri secara total tanpa memiliki kepribadian dan prinsip yang kuat.
Penyesuaian emosional yang kurang memadai ditambah dengan kelompok sosial yang tidak benar semakin memungkinkan terjadinya tawuran antar pelajar.
3.      Faktor sekolah
Kebosanan di dalam ruang belajar mengajar seperti tindak belajar mengajar yang monoton, tidak mengijinkan siswa untuk bertindak kreatif, terlalu mengekang dan otoriter juga menjadi pengaruh. Sebagian besar hidup remaja juga dihabiskan di sekolah, tempat ia belajar sekaligus mengekspresikan dirinya. Tak heran jika sekolah sering disebut sebagai rumah kedua.
Siswa yang bosan akan memilih untuk bersenang-senang di luar sekolah. Guru sekolah dinilai sebagai pihak otoriter yang gemar menghukum siswanya ketimbang mendidik dalam arti yang sebenarnya.
4.      Faktor lingkungan
Faktor ini jauh lebih luas daripada lingkungan rumah remaja. Lingkungan ini juga berbicara sekolah, media televisi, media cetak dan ketidakpuasan atas negara atau fasilitas negara. Jika diruntut dari faktor lingkungan, media-media dan teladan pemerintah juga menjadi sorotan atas tawuran pelajar.
Masih ingat dengan kasus perkelahian dewan yang terhormat? Media yang menampilkan dan oknum yang berbuat juga bisa dipersalahkan karena memberi teladan yang buruk.
Rasa solidaritas yang diberikan remaja, seringkali berada di jalur yang salah. Sebaiknya perlu ditekankan ulang akan pentingnya mengendalikan rasa solidaritas dengan akal pikiran sehat dan jiwa toleransi antar manusia yang tinggi. Solidaritas tidak selalu ikut-ikutan dalam hal buruk.
C.    Contoh Kasus Tawuran Antar Pelajar :
Kamis, 17 Desember 2009 | 04:40 WIB
Jakarta, Kompas - Aksi kekerasan yang dilakukan pelajar belum berhenti. Bahkan, kekerasan pelajar yang dilakukan dalam tawuran antarpelajar di kawasan Gunung Sahari, Kemayoran, Rabu (16/12) pukul 09.30, menyebabkan Ahmad Supratman (15), pelajar SMKN 1 Jakarta, tewas disabet senjata tajam oleh pelaku yang juga berstatus pelajar.
Tawuran terjadi ketika Ahmad dan teman-temannya terlibat saling ejek dengan rombongan pelajar lain di dalam bus yang melintas di kawasan tersebut. Saling ejek itu berlanjut dengan saling melempar batu. Pelajar dari dalam bus ada yang membawa senjata tajam. Senjata tajam inilah yang digunakan melukai punggung dan leher Ahmad.
Sejumlah teman yang melihat Ahmad terkapar penuh darah segera membawa korban ke rumah sakit. Namun, nyawa warga Jalan Angkasa Kecil 12, Kemayoran, ini tidak tertolong.
Kepala Unit Reserse Kriminal Kemayoran Ajun Inspektur Satu Iswantoro mengatakan, pihaknya masih menelusuri pelajar yang terlibat tawuran ini. ”Penyelidikan masih dilakukan. Sampai sekarang belum diketahui identitas sekolah pelajar yang tawuran selain SMKN 1,” ucap Iswantoro.
Berdamai
Kasus kekerasan antarsiswa termasuk tawuran antarsekolah dan kekerasan senior terhadap yuniornya sering terjadi di Jakarta. Kasus yang terakhir terkuak adalah kekerasan di SMAN 82, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Seto Mulyadi mengatakan, meski alot, akhirnya mediasi antara pelaku, korban, dan keluarga sepakat tidak meneruskan kasus ke pengadilan.
Awalnya, orangtua Ade Fauzan Mahfuza, Marlin Anggraini, berkeras menuntut pelaku diproses hukum. Ade yang menjadi korban kekerasan seniornya kemudian pindah sekolah.
”Sanksi harus diberikan bagi yang salah. Namun, karena menyangkut masa depan anak yang masih bisa diperbaiki, keputusan penghentian kasus ini sangat bijaksana,” tutur Seto.
Menurut Seto, kasus kekerasan di SMAN 82 sudah berlangsung lama. Kekerasan ini baru terungkap saat Ade, siswa kelas I dihajar seniornya pada awal November lalu dan harus dirawat selama sepekan di Rumah Sakit Pusat Pertamina.
Agar tidak terulang, Seto menegaskan perlunya konsultasi psikologi rutin bagi korban ataupun pelaku dan bagi siswa sekolah yang memiliki tradisi bullying. Kasus bullying di Jakarta yang terungkap sejak 2007 memang selalu berakhir damai. Hanya kasus penganiayaan siswa yunior kelas X SMA 34, yaitu Muhammad Fadhil Harkaputra Sirath (15), tahun 2008, yang berakhir di persidangan. Lima pelaku siswa kelas XII dihukum penjara 45 hari. (ART/NEL)
Tawuran SMA 6 dan 70, Kepala Dinas Pendidikan DKI Tak Ditegur
Satu pelajar tewas dan dua lainnya terluka akibat tawuran kemarin.
Selasa, 25 September 2012, 11:42
VIVAnews - Tawuran pelajar SMAN 6 dan SMAN 70 Jakarta kembali terjadi. Satu pelajar dari SMAN 6, Alawi Yusianto Putra, tewas. Dua temannya, Dimas dan Faruq, terluka.
Tawuran pelajar dari kedua sekolah ini bukan yang pertama. Sebelumnya, pelajar kedua sekolah beberapa kali terlibat tawuran.
Meski bentrokan pelajar ini sering terjadi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan merasa tidak perlu menegur Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta. Kemendikbud juga tak menegur kepala sekolah kedua SMA itu.
"Kami rasa tidak perlu menegur, mereka bukan pelaku tawuran," kata Kepala Pusat Informasi dan Humas Kemendikbud, Ibnu Hamad saat berbincang dengan VIVAnews, Selasa 25 September 2012.
Menurut Ibnu, saat ini yang paling penting bukan menegur dan saling menyalahkan. "Yang paling penting bagaimana kepala dinas mengkoordinasikan jangan sampai kejadian serupa terjadi lagi," katanya.
Ibnu sendiri mengakui bahwa Kemendikbud belum memiliki kajian khusus untuk mengatasi tawuran antara pelajar SMAN 6 dan SMAN 70 Jakarta ini. Meskipun tawuran pelajar kedua sekolah yang berdekatan ini terjadi beberapa kali.
D.    Cara Mencegah Tawuran Antar Pelajar :
  1. Para Siswa wajib diajarkan dan memahami bahwa semua permasalahan tidak akan selesai jika penyelesaiannya dengan menggunakan kekerasan.
  2. Lakukan komunikasi dan pendekatan secara khusus kepada para pelajar untuk mengajarkan cinta kasih.
  3. Pengajaran ilmu beladiri yang mempunyai prinsip penggunaan untuk menyelamatkan orang dan bukan untuk menyakiti orang lain.
  4. Ajarkan ilmu sosial Budaya, ilmu sosial budaya sangat bermanfaat untuk pelajar khususnya, yaitu agar tidak salah menempatkan diri di lingkungan masyarakat.
  5. Tindakan kekerasan pasti akan menular, Pihak yang berwenang haruslah tegas memberikan sanksi untuk pelaku tindak kekerasan.

E.     Penjelasan Materi Makalah dengan menggunakan Analisis Swot
Analisis permasalahan perilaku sosial tawuran antara kelompok pelajar dengan memperhatikan dan mempertimbangkan kondisi lingkungan internal maupun eksternal dilihat dari aspek :
1.      Kekuatan ( Strenght )
a.       Pelajar ingin membela sekolahnya, agar tidak diserang oleh sekolah lain.
b.      Pelajar cenderung menganggap tawuran sebagai cara memperoleh pengakuan dan status tinggi serta disegani dalam kelompoknya.
c.       Para pelajar melakukan tawuran bsa juga karena hal ingin membela teman yang pernah diserang oleh sekolah lain.
d.      Pelajar menganggap kenakalan yang dilakukan hanya manifestasi simbolis aspirasi mereka karena sering diperlakukan tidak adil.
2.      Kelemahan ( Weakness )
a.       Sering mengeluarkan kata – kata yang mengejek hanya karena hal yang kecil, dapat memicu terjadinya tawuran. Atau bahkan hanya karena saling menatap secara pandangan yang sinis juga bisa menyebabkan terjadinya tawuran.
b.      Karena masalah rebutan seorang wanita, juga bisa memicu terjadinya perkelahian antar pelajar.
c.       Mendapatkan pengaruh yang tidak bak dari seorang profokator, untuk menyerang sekolah lain.
d.      Kekerasan yang sering remaja lihat akan membentuk pola kekerasan di pikiran para remaja. Bercanda yang terlalu berlebihan yang bisa menimbulkan emosi sampai akhirnya terjadi perkelahian.
3.      Peluang ( Opportunity )
a.       Lingkungan rumah dan lingkungan sekolah dapat mempengaruhi perilaku remaja. Tidak adanya kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu senggang oleh para pelajar disekitar rumahnya juga bisa mengakibatkan tawuran.
b.      Orang tua yang terlalu memberikan kebebasan untuk anaknya, kurang mengawasi anaknya bisa membuat anak mencari jati dirinya di lingkungan luar dengan cara yang negatif.
c.       Sikap polisi yang kurang siaga untuk kasus tawuran antar pelajar. Polisi yang selalu baru memunculkan dirinya setelah jatuhnya korban tewas karena aksi brutal pelajar.
d.      Sekolah yang kurang begitu ketat mengadakan razia atau pemeriksaan terhadap siswa – siswinya.
4.      Tantangan / Hambatan ( Threats )
a.       Para pelajar yang melakukan tawuran akan mendapatkan hukuman dari pihak kepolisian.
b.      Sikap pelajar yang anarkis, membuat para orang tua mereka menjadi geram atas tingkah laku mereka yang sangat tidak pantas di usia mereka yang masih sangat remaja. Orang tua juga bisa menjadi stress akibat perbuatan anaknya.
c.       Membuat nama dan citra keluarga serta citra sekolah menjadi buruk di mata masyarakat.
d.      Sekolah biasanya memberikan sanksi yang berat untuk pelajar yang melakukan tawuran.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Tawuran pelajar adalah tindakan kriminal yang biasa terjadi di kota – kota besar di Indonesia, yang biasa terjadi karena di dasari alasan solidaritas sesama teman.
2.      Sekolah , lingkungan , orang tua , dan pemerintah merupakan peran yang paling utama dan harus bertanggung jawab serta bekerjasama dengan baik untuk menanggulangi permasalahan ini.
3.      Para pelajar juga harus menyadari bahwa kita sebagai generasi muda diwajibkan untuk saling bahu membahu mengisi kemerdekaan, memajukan bangsa kita. Membuat prestasi yang bisa mengharumkan nama bangsa , agar mereka tidak melakukan tindakan asusila seperti tawuran.
4.      Kepribadian setiap insan manusia pada dasarnya dalah sosok yang berbudi mulia. Hanya saja karena adanya faktor – faktor internal ataupun eksternal, yang ,membuat pribadi manusia mengalami proses perubahan. Dan dari proses perubahan tersebut dapat mengarah ke dampak yang positif atau negatif.
B.     Rekomendasi
1.      Peningkatan kasus tawuran pelajar membuat KPAI ( Komisi Perlindungan Anak Indonesia ) menyatakan untuk segera mewujudkan “Sekolah Ramah Anak” , agar tidak semakin merajalela kasus tawuran pelajar ini.
2.      Memberi kesempatan pada para remaja untuk beremansipasi dengan cara yang baik dan sehat.
3.      Memberi kesempatan kepada para pelajar untuk mengembangkan bakatnya masing – masing, sebagai kegiatan untuk mengisi waktu luang dengan hal yang positif setelah kegiatan belajar di sekolah usai.
4.      Memberikan reward ( penghargaan ) terhadap siswa-siswi yang berprestasi. Agar memacu murid lain untuk mencetak prestasi yang jauh lebih baik lagi.

 DAFTAR PUSTAKA
Ø  Shvoong.com
Ø  Kompas.com
Ø  VIVA.news.com
Ø  Tutorialto.com
Ø  Okezone.com
Ø  Metronews.viva.co.id